Mungkin menjadi penulis adalah salah satu mimpi saya yang tak mungkin tercapai. Saya paham itu, saya sadar itu.
Sebab, saya bukan penulis syair-syair indah seperti Chairil Anwar
ataupun Benzbara pada masa sekarang. Saya hanyalah penulis amatiran di
berbagai akun media sosial. Pemain jemari yang tidak lincah diatas tuts
keyboard hitam. Kata seorang teman saya, saya banyak meninggalkan jejak
di berbagai akun yang berhubungan dengan tulisan. Ya mungkin benar, saya
sengaja meninggalkan jejak saya dengan tulisan amatiran saya.
Menunjukkan pada mereka bahkan dunia bahwa saya pernah ada, pernah hidup
dengan tulisan-tulisan saya yang tak bermakna. Tapi saya senang, sebab
saya meninggalkan sesuatu dalam hidup saya itu. Meninggalkan
tulisan-tulisan yang tak bertuan, yang entah untuk siapa tulisan itu
saya buat. Saya hanya merasa lega dan puas ketika kala saya sedang
terpuruk dan butuh teman bercerita, saya berceita melalui tulisan. Entah
siapa yang akan baca, itu urusan belakangan. Sebab jaman sekarang ini
susah sekali mencari teman yang dengan setia mau mendengarkan
keluh-kesah dan segala cerita kita. Kebanyakan mereka, orang-orang
diluaran sana hanya ingin menjadi si pencerita yang selalu inginnya
didengar ceritanya dan jarang mau mendengarkan cerita orang lain.
Padahal, sadarkah kalian bahwa Tuhan menciptakan kita dengan dua buah
telingan kiri dan kanan yang berati Tuhan memberikan kita petunjuk untuk
menjadi orang yang lebih banyak mendengar bukan menjadi seseorang
yang banyak bicaranya, sebab lihatlah nyatanya Tuhan memberika kita satu
buah mulut saja bukan? Tapi sayang
sekali, mungkin kebanyakan kita kurang memahami dan menyadari petunjuk
Tuhan itu. Dan kebanyakan dari kita hanya mementingkan diri sendiri
untuk dimengerti orang lain tanpa mau berusaha mengerti orang lain.
Saya tidak pernah memaksa setiap teman saya untuk mendengar cerita
saya, sebab terkadang saya justru segan untuk bercerita pada teman jika
teman itu kurang akrab (yang akrab aja segan dijadikan tempat bercerita,
apalagi yang tak akrab). Saya punya kalian para media sosial yang
dengan senang hati mau dijadikan tempat saya bercerita, tanpa mengenal
kata lelah mendengar cerita saya yang tidak menarik justru malah
membosankan. kalian tanpa perlu berkomentar (yang menyakitkan), bahkan
tanpa perlu mendengar isakan atau tawa keras yang keluar dari mulut saya
telah membuat saya nyaman. nyaman sekali. Saya berterimakasih untuk
itu.lovei Selama ini telah menjadi teman setia saya dalam bercerita,
telah mau menampung semua keluh-kesah saya yang tak bermakna.
Terimakasih untuk kalian teman dunia maya yang sesungguhnya nyata di
hidup saya yang selama ini telah menjadi teman setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar