Minggu, 27 Oktober 2013

belajar dari mereka

Dulu pernah suatu kali, satu kelas mengadakan kunjungan ke sebuah SD di daerah bogor (Banjarjati kalau tidak salah nama daerahnya). SD nya itu bisa dikatakan asri, mungkin karena di daerah bogor kali ya jadi masih banyak banget pepohonan di sekolahnya.
Aku dan temen-temen berjalan-jalan di sekeliling sekolah dan nemu sesuatu di koperasinya. Aku suka sekolah ini, karena karena para penghuni sekolah melakukan recycle dalam banyak hal. Di koperasi aku menemukan banyak barang-barang daur ulang dari bungkus plastik seperti sunlight daia, pantene, molto, dll. Daur ulang itu menghasilkan barang-barang kayak tas, sendal, tempat pensil, dll.
Pas aku ke kelas dan ternyata di dalam kelas aku banyak mendapati anak-anak itu memakai tas atau tempat pensil dari bahan daur ulang yang aku lihat di koperasi tadi.
Bagi aku hal semacam itu keren, selain karena membantu mengurangi limbah, disini anak-anaknya diajari untuk hidup sederhana dan mencintai produk dalam sekolah mereka. Andai semua sekolah bisa kayak sekolah ini, pasti banyak hal-hal yang kreatif yang keluar dari sekolah yang bisa bermanfaat bagi semua orang dan tentunya menjaga lingkungan
Yuk belajar dari mereka gunaain barang-barang recycle-an :)

sudah cukup

hari ini kita bertemu setelah beberapa hari ini sedikit memanas karena keegoisan dan kekanak-kanakanmu. Balam suatu percakapan kau mengatakan bahwa hendak berlibur ke pantai minggu ini (rabu, kamis, jumat) dengan teman-teman kelasmu. langsung bayang-bayang itu hadir dalam pikiranku, mengusikku, mematahkan senyumku yang tadi sempat terkembang karena kita telah mendingin. Namun sayang, kabar ini bagai petir menyabar bagiku. Entahlah... mungkin kau hanya  hendak mengatakan kabar itu, bukan hendak meminta izin padaku. Silakan saja jika kau memang hendak pergi. bagaimanapun juga alasanmu ingin pergi, begitulah jawabanku yang kau tau pastinya.
Sudah... sudah cukup rasa kecewa itu
sudah... sudah cukup
bayang-bayang masalah kostan itu, bayangan-bayangan ke puncak itu, bayang-bayang temanmu yang seperti itu. sudahlah cukup bagiku untuk meneteskan butir bening di mata jika mengingatnya kembali
kau boleh pergi, silakan saja, aku tak melarang. tapi jangan harap aku akan berkata 'iya', jangan harap tetap bertahan, jangan harap!!!
kau boleh mengatakan aku egois, boleh saja
tapi baiknya kau lihat dulu dirimu!
seegois itukah aku?? kau boleh flashback, sudah berapa kali aku hendak pergi dan kata 'tidak' terlontar dari bibirmu dan aku hanya bisa mengikuti selalu, bukan?
sudah berapa kali aku mengalah mengikuti semua ketidaksukaanmu pada sesuatu hal kesukaanku bukan?
aku mengalah bukan karena aku selalu kalah.
aku mengalah justru karena aku telah memenangkan hati, menjaganya supaya hati ini tetap menang.
bisakah kau lakukan hal yang sama padaku?
bisakah? :')

Sabtu, 26 Oktober 2013

entah

ketika aku tak lagi ada diduniaku, bolehkah sekiranya aku hadir dalam mimpimu? mendatangkan kisah yang sekiranya indah menjadi bunga dalam tidurmu
ketika aku tak lagi ada di duniaku, bolehkah aku sekedar untuk singgah di duniamu? memejamkan mata membebaskan hati dan pikiran sejenak saja untuk melepaskan penat yang menumpuk di pundakku bersamamu
ketika aku tak lagi ada di duniaku, bolehkah aku untuk menetap di duniamu? menghabiskan waktu dengan berbagi suka dan dukaku padamu
ketika aku tak lagi ada di duniaku, bolehkah aku untuk benar-benar pergi? menghilang dari keberadaan ini, menepi dari kehidupan ini, berlabuh pada satu tempat entah apa itu namanya nanti
suatu saat nanti, ketika aku tak lagi di duniaku :')

nebeng itu keren!

Jalanan ibukota sekarang itu selalu menguras kesabaran kita. Kesabaran akan banyaknya kendaraan di jalanan yang bejibun banyaknya dan juga kesabaran akan polusi yang kian hari semakin menumpuk yang membuat kita semakin sesak.
Banyangin aja kendaraan pribadi yang isinya cuma si pengemudi itu sendiri berkeliaran setiap harinya di jalanan. Kalau satu mobil isinya 1 orang aja udah bikin macet, apalagi kalau 100 mobil, bisa macet sepanjang apa jalanan? Belum lagi pengguna kendaraan bermotor yang bejibun banyaknya dan ga sabaran di jalanan.
Semua kendaraan yang ada di jalanan itu setiap harinya pasti ngeluarin sesuatu yang namanya polusi. Makin banyak kendaraan yang berkeliaran di jalan makin banyak pula polusi yang bertebaran di jalanan yang secara langsung maupun ga langsung kita hirup, dan bisa menyebabkan gangguan pernafasan kita.
Tapi sekarang itu keren loh, ada sebuah komunitas nebengers.com yang bisa bantu ngurangin kemacetan dijalanan yang secara ga langsung juga ngurangin polusi kendaraan. Kalau misal, 1 mobil biasa diisi cuma 1 orang aja, di komunitas nebengers ini kamu bisa ngasih tebengan ke pengguna jalan yang searah dengan tujuan kamu (dekat dengan tujuan kamu) sesuai dengan seat di mobil kamu. Kamu bisa ngasih tebengan itu secara free atau bisa juga share (bensin/ tol/ makanan/ minuman (disesuaikan dengan kesepakatan). Dan untuk si pencari tebengan bisa juga nyari tebengan yang sesuai arah tujuan, siapa tau ada yang searah dengan kamu dan ada bangku kosongnya untuk ditebengin.
Nebengers.com ini selain bisa mengurangi kemacetan dan polusi di jalanan, bisa juga nambah kenalan dan teman. Namun perlu diperhatikan keamanan untuk kita sebagai pencari tebengan dan pemberi tebengan.
Selamat mencoba nebengers.com :)


tulisan ini dalam rangka event v yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika  http://lomenulis.com/post/62784084100/lomba-menulis-dalam-bentuk-apa-pun-dl-31-okt-2013

Kamis, 24 Oktober 2013

hemat air yuk!

Indonesia mempunya dua musim, yaitu panas dan hujan. Tapi di jaman yang buminya udah 'sakit' akibat ulah manusianya dua musim itu sekarang tidak lagi jelas kapan pasti datangnya. Kita sebagai manusia harus bersiap siaga dengan keadaan yang munculnya bisa tiba-tiba. Kalau lagi musim panas ya hemat air, kalau musim hujan ya dijaga airnya biar ga kotor dan banjir.
Tapi sekarang ini, jamannya entah jaman apa. Orang-orang banyak yang lupa bahwa air bersih juga bisa habis suatu saat nanti (jika Tuhan menghendaki), mereka diluaran sana banyak banget sepenglihatan aku membuang-buang air bersih secara cuma-cuma. Padahal kalau di daerah pedalaman sana air bersih itu amat sangat mahal dan langka. Tapi kebanyakan mereka yang sepenglihatanku yang tinggal di kota ga pernah berpikir kearah sana dan dengan gelap mata main buang-buang air bersih begitu aja.
Aku punya pengalaman, emak sering banget ngeliat tetangga yang entah kenapa suka banget buang-buang air padahal waktu itu lagi mulai musim panas. Mungkin karena beliau mikir cuacanya panas, jalanan panas, udara panas jadi beliau nyiram jalanan aspal depan rumah (bukan halaman) dengan selang air bersih supaya agak lebih adem. Hal itu sering banget tetangga yang lainnya liat juga. Aku bingung, apa beliau tidak berpikir bahwa air besih itu bisa abis? Mbok ya bisa kan nyiram jalanan pake air lain (air bekas cucian baju yang teakhir, air bekas ngepel, atau lainnya). Intinya kan mau bikin jalanan agak adem, mau pake air apa aja kan ga keliatan juga, daripada buang-buang air bersih cuma buat nyiram jalanan yang nanti kering lagi, mending dipake buat yang lain yang lebih bermanfaat atau mending disumbangin ke orang pedalaman airnya biar beliau sadar.
Pernah suatu kali, tetanggaku yang lain menyindir secara tidak langsung tapi beliau tidak menggubris dan acuh. Padahal kalau beliau bisa berpikir maksud sindiran tetanggaku itu supaya jangan buang-buang air bersih, supaya inget nanti waktu musim kering bagaimana kalau air ga ada.
Emak itu orang yang paling bawel kalau masalah hemat air, karena emak tau rasanya susah dapet air bersih, makanya aku diajarin buat hemat air. Sayangi bumi itu macam-macam caranya, salah satunya dengan hemat air ;) 


tulisan ini dalam rangka event v yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika  http://lomenulis.com/post/62784084100/lomba-menulis-dalam-bentuk-apa-pun-dl-31-okt-2013

Sabtu, 05 Oktober 2013

bawa bekal dan musuhan dengan sterofoam dkk yuk!

Orang tua mana yang akan menyesatkan anaknya?
Tentu semua orang tua mengajarkan anaknya yang baik-baik bukan?
Sama halnya seperti emakku, sejak aku kecil beliau sering mengajarkan aku tentang berbagai hal kebaikan, namun dalam kesempatan ini aku akan mengulas kebaikan tentang menjaga dan menggunakan SDA yang ada di bumi dengan seminimal mungkin.
Sejak aku sekolah dari TK hingga sekarang aku duduk di bangku perkuliahan, emak sering menyuruhku untuk membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Selain dapat menghemat uang saku, hal  tersebut juga dapat menjaga kita dari makanan atau minuman yang sudah tercemar dengan berbagai zat yang kita tidak tahu apa saja bahaya, dan yang paling penting dengan membawa bekal kita mengurangi penggunaan plastik, sterofoam, kertas nasi, dsb. Karena biasanya ketika kita membeli makanan atau minuman di tempat makanan (restoran atau warung makan) mereka sering menggunakan wadah semacam sterofoam dkk. Kalian tau tidak penggunaan sterofoam, plastik itu berbahaya bagi tubuh. Karena dalam sterofoam terdapat zat bernama benzena. Benzena merupakan zat kimiawi yang berbahaya karena bisa menjalar ke bahan makanan yang ada di dalamnya. Jadi, ketika kita minum susu coklat hangat dalam gelas sterofoam, benzena ini melebur di dalam minuman lalu masuk ke dalam pencernaan kita. Bahaya Benzena dari sterofoam ini adalah ia tak mudah mengurai. Benzena  yang makin lama makin numpuk trus terbalut lemak. Dan yang paling seram… Hal itu bisa memicu kanker. Bahkan benzena merupakan pemeran terbaik yang memicu kanker. 
Bisa dibayangkan dong seperti apa ngerinya benzena itu jika menumpuk jadi banyak dan masuk ke dalam tubuh kita? hiiiiiii

Oh iya selain berbahaya bagi tubuh, sterofoam dkk juga amat berbahaya bagi lingkungan kita. Karena sifat dari sterofoam ini sulit terurai. Bisa dibayangkan, jika aku, kamu, kita, mereka, orang-orang diluar sana menggunakan sterofoam setiap harinya, akan ada berapa banyak sampah sterofoam yang tercipta? Akan butuh waktu berapa lama untuk menguraikan sterofoam yang setiap harinya semakin bertambah dan bertambah terus?

Kalian gak mau kan lingkungan kita jadi gunungan sampah-sampah hasil dari tangan kalian sendiri
Maka dari itu mulai sekarang, yuk gemar membawa bekal saat pergi sekolah/ kuliah/ kerja. Dan mulai bermusuhan dengan sterofoam dkk demi kebaikan kita semua.
Musuhan dengan sterofoam ga dibenci orang lain kok, justru akan membantu bumi terhindar dari siksa gunungan sampah-sampah jahanam
Selamat membawa bekal, selamat bermusuhan dengan sterofoam ;)



tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika http://lomenulis.com/post/62784084100/lomba-menulis-dalam-bentuk-apa-pun-dl-31-okt-2013

Jumat, 04 Oktober 2013

yuk gowes yuk ;)

Postingan kali ini merupakan lanjutan dari postingan beberapa hari lalu dalam rangka mengikuti  . Sebelumnya maaf jika aku alfa untuk posting rutin kemarin.
Awal yang telah aku lakukan mungkin merupakan gerbangnya. Gerbang untuk melakukan kegiatan bersepeda setiap minggunya. Namun, setiap rencana yang kita buat belum tentu akan terlaksanakan, sebab aku hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berencana seperti kebanyakan manusia lainnya, tapi Tuhan-lah yang akan menentukan semuanya.
Awalan aku diajak bersepeda olehnya membuatku mengajak beberapa temanku yang lainnya untuk ikut serta bersepeda setiap minggunya. Lumayan, ada 2 orang temanku sedari SD yang mau juga bersepeda ria bersama.
Disini aku ingin berbagi cerita dengan kalian semua.
Pernah suatu kali kami bertiga dari rumah yang terletak di Pondok Gede bersepeda di Minggu pagi ke TMII. Mulai berangkat menggowes sepda setelah solat subuh dilakukan. Melawan debu dan asap kendaraan dijalanan. Menulikan telinga dengan klakson para pengendara tidak sabaran yang ingin saling mendahului satu sama lain. Dengan bersepeda santai akhirnya kami tiba di pintu gerbang (entah pintu masuk berapa) TMII. Kami menikmati perjalanan yang menguras tenaga dan keringat ini. Sayang, kenikmatan bersepeda kami harus direnggut oleh sebuah musibah yang melanda temanku. Ban sepeda fixienya bocor, terpaksa ia harus menuntun sepedanya. Di dalam wilayah TMII kami mencari tukang ban, kami berharap mungkin bannya hanya kempis saja. Namun, jarak yang cukup jauh dari rumah kemari membuat kami berencana beristirahat dan makan di bazar yang ada di wilayah TMII terlebih dahulu. Selesai makan baru kami melanjutkan mencari tukang ban, sayang untung tak dapat diraih. Di wilayah taman hiburan yang ramai dan penuh dengan orang ini tak kami dapati tukang ban. Akhirnya kami memutuskan bertanya kepada bapak-bapak yang ada di sekitar, dan beliau memberitahu kami bahwa ada tukang tambal ban di pintu keluar. Segera mungkin kami menuju tempat yang diberitahu oleh bapak-bapak tersebut. Namun, sayang seribu kali sayang. Sepeda fixie temanku ini bukannya kempis tetapi bocor dan abang tukang ban tidak punya ban untuk sepeda fixie. Mau tak mau temanku harus menuntun sepedanya pulang ke rumah.
Cuaca yang semakin terik menjelang siang hari membuat kami bertiga mempercepat perjalanan kami. Aku dan temanku tak kuasa untuk menggowes sepeda seperti biasa ketika ku dapati temanku sedang bersusah payah menuntunnya. Jika letih kami beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Kurang lebih pukul 11.00 siang kami tiba dirumah masing-masing.
Pengalaman seperti demikian tak lantas membuat kami berhenti untuk giat bersepeda di hari Minggu pagi. Niat kami untuk bersepeda rutin selalu ada, namun sayang keadaan terkadang tak mendukung kami.
Insya Allah dengan  akan aku luangkan banyak waktuku untuk bersepeda walau hanya keliling rumah saja dan lebih menggiatkan bersepedaku setiap minggunya.
Mari jaga lingkungan sekitar kita dengan hal yang  mudah terlebih dahulu salah satunya dengan bersepeda. Karena selain menyehatkan badan, bersepeda dengan teman juga sangat menyenangkan :)
Yuk gowes yuk ;)


tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika http://lomenulis.com/post/62784084100/lomba-menulis-dalam-bentuk-apa-pun-dl-31-okt-2013

Selasa, 01 Oktober 2013

inilah awal permulaannya...

Aku bosan dengan udara yang ada sekarang, aku mencoba untuk sedikit menguranginya....

Ketika kami melakukan jalan-jalan di sekitaran tempat CFD berlangsung, melihat banyaknya orang-orang mengayuhkan kakinya mengurangi polusi yang ada, dia pun mengajak untuk melakukan hal yang sama yaitu kegiatan bersepeda. Namun, karena pada saat itu aku tidak memiliki sepeda, aku katakan padanya "nanti tunggu aku punya sepeda ya". Kini aku telah bersepeda, dan ini adalah awal dari aku melakukan kegiatan bersepeda.
Selepas solat subuh, dia yang rumahnya jauh disana bela-belain ke rumahku untuk bersepeda. Aku tau jalanan yang dilaluinya amatlah cukup menguras tenaga, naik dan turun jalanan beraspal. Belum lagi bebatuan dan jalan rusak yang menghadang dan memaksanya untuk tetap melewati jalanan itu. Namun hal itu  tidak menyulutkan niatnya. Pukul 5.50 dia tiba dirumahku dan kami mulai menggowes sepeda melawan penyebar polusi-polusi di jalan raya sana.
Tidak jarang aku atau dia diklakson oleh para penyebar polusi dijalanan. Aku tak habis pikir, dimana letak otak dan mata mereka, bukankah di hadapan mereka ada orang sedang menggowes sepeda melawan polusi-polusi yang pagi hari sudah bertebaran di jalanan. Tetapi mereka seakan tak mau mengalah dan tidak bisa sedikit bersabar dengan kami si penggowes ini. Sudah berusaha untuk menggowes dipinggir pun masih saja ada tangan-tangan usil dan orang yang tak sabaran terus mengklakson ke arah kami.
Kami tiba di tempat yang ramai digunakan ibu-ibu dan para muda -mudi berolahraga. Dari pemandangan yang ada, tampak ibu-ibu sedang senam gembira, muda-mudi bersepeda ria, ada pula yang jogging.
Inilah salah satu bentuk pengurangan polusi yang bisa kita lakukan. Tak perlu jauh-jauh pergi ke monas atau senayan untuk bersepeda (jika keadaan tidak memungkinkan)
Setelah awal bersepeda dengannya waktu itu, kini aku mengajak teman-temanku untuk bersepeda pagi hari setiap minggu. Menjadwalkan waktu untuk pergi bersama siapa saja yang bersedia, berpeluh bersama, menikmati sedikit saja udara bersih pagi hari. Saat orang berlomba-lomba membeli kendaraan baru yang secara langsung justru menumpuk polusi yang ada, aku mencoba memkonsistenkan bersepeda ini. Meski dalam pelaksaannya ada saja hal-hal yang menghambat untuk tidak bersepeda. Tapi sebisa mungkin aku bersepeda, walau hanya tidak jauh dari rumah, setidaknya aku telah berusaha mencoba untuk mengurangi sedikit dari polusi yang ada.



tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika http://lomenulis.com/post/62784084100/lomba-menulis-dalam-bentuk-apa-pun-dl-31-okt-2013